Pencerah Hati

Ikhtisar untuk Menuju Hidup yang Lebih Baik

  • Kategori

  • Arsip

Ihlaskan Amalmu

Posted by abunaufal pada 29 September, 2006

Sumber: Lativi apa TV 7 ya? Lupa. (Ustadz Zainuddin MZ)
26 September 2006, menjelang buka puasa.

Suatu ketika, Ali sedang memanen singkong. Mendapatkan singkong yang besar-besar, si Ali ingin sekali memberikannya kepada Kyai-nya. Maka diantarlah singkong ini ke Pak Kyai.
“Assalaamu’alaikum,”kata Ali.
“Wa’alikumussalam. Ada apa Li?”sambut Pak Kyai.
“Ini, saya bawakan singkong Pak Kyai!”.
“Wah, terima kasih banyak Li. Sana bawa ke dapur!”
Ali pergi ke dapur, dan Pak Kyai memanggil istrinya.
“Bu, kita kasih apa ya, si Ali?”
“Wah pak, kita enggak punya apa-apa. Eh tapi tunggu, itu ada kambing pemberian orang kemarin. Daripada di sini nggak ada yang ngurus, kita kasihkan aja ke Ali, siapa tahu nanti kambing itu akan berkembang biak di sana,”kata istri Pak Kyai.
“Oh, baik kalau begitu”.
Waktu Ali berpamitan pulang, si Ali dibawain kambing.
Di tengah jalan, Ali bertemu dengan kawannya, Umar namanya.
“Dari mana Li, kok bawa-bawa kambing segala?”tanya Umar.
“Ini, tadi aku baru saja nganterin singkong ke rumah Pak Kyai. Eh, pulangnya dikasih kambing”,jawab Ali.
Mendengar hal itu, otak dagang Umar bekerja. “Wah, kalau singkong aja dapat kambing, apalagi kalau duren”,pikir Umar.
Maka Umar segera belok ke pasar dan memberi duren, 3 biji. Lalu buru-buru dia pergi ke rumah Kyai.
Dialog dan kejadiannya hampir sama.
“Kita kasih apa ya Bu, si umar ini?”kata Pak Kyai kepada istrinya.
“Wah, pak. Kita udah nggak punya apa-apa lagi.”
“Aduh, bagaimana ya Bu. Masa si Umar nggak kita bawain apa-apa.”
“Bagaimana kalau singkong pemberian Ali itu kita kasih ke Umar?”sahut istrinya lagi.
“Wah, ya, ya, boleh juga.”
Maka dikasihkanlah singkong itu kepada Umar.

4 Tanggapan to “Ihlaskan Amalmu”

  1. Ryan said

    Artikel yang menarik.

  2. insan said

    sholat khusyu dalam pengalaman hidup saya pernah dirasakan ketika saya mengikuti kegiatan iktikaf bersama jamaah tablig tiga tahun yang lalu. saya merasakan bahwa solat tersebut benar-benar indah dan damai serta menentramkan sluruh jiwa, ketika mengangkat kedua tangan membaca takbiratul ihram, saya merasa bahwa di hadapannya kita bukanlah apa2, tidak memiliki apa2, tidak memiliki daya dan upaya… kalimat takbir yang terucap mengguncangkan kelemahan dan ketidakberdayaan diri … tapi intensitas perasaan tersebut tidak selalu hadir dalam setiap solatku… aku merindukan solat yang pernah kurasakan…. semoga pengalaman itu selalu hadir dalam setiap solatku

  3. onep said

    berusahalah kita untuk iklas walau kadang terasa sangat berat semoga keiklasan kita akan membawa keberkahan untuk kehidupan kita amien….

  4. Did I say that I wouldn’t quote liberally from Barking Carnival this season? I was drunk. That didn’t include a few choice words from the Big XII 20 Click http://www.l33turl.com/worker091730

Tinggalkan Balasan ke Ryan Batalkan balasan